Manfaat Bermain Bagi Anak

Dunia anak adalah bermain. Anda pasti sudah tahu maksud dari kalimat tadi. Tapi tahukah Anda jika banyak terdapat manfaat dibalik kesenangan anak dalam bermain? Ya, bermain bukan hanya sekedar menjadi hiburan bagi si kecil. Bermain juga merupakan faktor amat penting untuk memaksimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak. Disamping itu, bermain juga dapat menumbuhkan daya kreativitas dan imaginasi si kecil. Sebagai orang tua, Anda pun dapat memetik banyak manfaat dengan ikut bermain bersama anak.

Di atas kasur, setiap kali mama menggoyang-goyangkan kepala di depan wajahnya, Safira (10 bulan) selalu tertawa kegirangan. Dia senang melihat rambut panjang mamanya berkibar-kibar dan menggelitik wajah mungilnya. Sementara kakaknya, Zahra (2) yang duduk tidak jauh darinya, terlihat sibuk bicara dengan boneka ‘Teddy Bear’ nya yang berbulu lembut dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.

Di saat yang sama, di teras belakang, trio Pandawa cilik: Yudhistira (7), Bima (5), dan Arjuna (3) sibuk mengaduk-aduk timbunan pasir yang sebenarnya memang disiapkan papa untuk merenovasi rumah. Ada beberapa cetakan aneka bentuk di sekitar area tersebut yang sengaja diambil dan dikumpulkan dari dapur oleh mereka.Mulai dari mug melamin ukuran sedang sampai cetakan agar-agar model kura-kura, beruang, dan mobil lengkap dengan sendok pasir dan seember kecil air untuk menyiram pasir agar bisa menjadi lebih bersifat pekat. Di sisi sekitar timbunan sudah terlihat beberapa hasil berupa pasir padat yang sudah tercetak dalam berbagai bentuk. Alih-alih melarang mereka, papa justru terlihat ikut sibuk mencetak pasir dan main bersama-sama.

Semua aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak tersebut adalah bermain. Pada dasarnya semua anak senang bermain. Mereka membutuhkannya, karena bermain menjadi salah satu kunci kesehatan emosi anak.

Tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang tua yang meremehkan kegiatan bermain anak. Lebih baik belajar daripada bermain. Pendapat macam ini tentu masih sering kita dengar. Padahal, bermain merupakan aktivitas alami anak yang dapat memuaskan rasa ingin tahu serta belajar mengenal diri sendiri dan dunia luar, dengan aktif, menyenangkan, dan aman. Saat bermain, si kecil merasa menjadi pembuat kebijakan dan penentu keputusan bagi dunianya sendiri.

Memang, ada kesan kalau bermain itu hanya sekedar hiburan yang menyenangkan belaka. Namun penelitian membuktikan bahwa anak yang cukup mendapatkesempatan bermain cenderung akan lebih mampu mengatasi stres, mengendalikan emosi, mengekspresikan perasaannya, dan lebih terbentuk secara intelektual, fisik, dan sosial dibandingkan anak yang kurang mendapatkan kesempatan yang sama.

Beberapa manfaat dan keuntungan untuk Anda yang bisa dipetik dari aktivitas bermain dengan anak antara lain adalah:

Membuat Anda bisa melihat ke dalam pikiran si kecil:minat anak akan suatu hal dapat tercermin dari jenis permainan yang disukainya, dan Anda baru mengetahuinya setelah terlibat langsung bermain dengan mereka.
Mengurangi tekanan (stres):kreativitas dan imaginasi Anda ketika bermain dengan si kecil akan membawa Anda keluar dari rutinitas dunia dan masuk ke dalam kesenangan. Anda akan merasa muda dan lepas dari beban kehidupan sehari-hari.
Memberi Anda alat komunikasi yang efektif untuk berinteraksi dengan si kecil:dengan bermain “peran”, anda bisa lebih efektif berkomunikasi. Misal, dengan menirukan karakter suara binatang tertentu Anda bisa menyampaikan pesan atau nasehat kepada si kecil secara lebih efektif. Dengan menggunakan karakter suara macan yang mengerang, anda bisa “berperan” sebagai tokoh jahat yang mengancam anak anda (tokoh baik) yang tidak mau segera tidur.
Membuat Anda belajar sesuatu yang baru:anda baru sadar kalau si kancil (tokoh fabel) kerap berbuat licik dibanding cerdik. Anda baru sadar kalau nenek sihir selalu digambarkan terbang dengan sapunya dan kerap kali memberikan permen yang akan membuat tidur anak yang memakannya. Dan Anda baru menyadari semua itu setelah Anda melakukan aktivitas bermain dengan anak.
Mengakrabkan Anda dengan si kecil:menemani anak Anda bermain adalah cara yang paling baik untuk bisa lebih dekat secara emosi dengan mereka. Dengan bermain bersama, secara otomatis akan membuat Anda dan si kecil saling berbagi kesenangan satu sama lain.

Sebagai orang tua, Anda pun dapat membantu anak menemukan permainan terbaik mereka sesuai dengan tahapan usianya. Berikut beberapa tahapan usia anak dikaitkan dengan jenis permainan yang sebaiknya Anda ketahui:

Di bawah 18 bulan

Pada tahapan awal, tidak banyak alternatif permainan yang bisa Anda pilih. Kalau tidak tidur atau makan, anak pada tahap usia ini pasti bermain. Permainan yang bisa dipilih pun masih sederhana, karena si kecil belum mengerti bahasa, belum bisa mengkoordinasikan ototnya, dan belum mampu melakukan kreativitas ataupun berimaginasi. Permainan yang dilakukan biasanya sebatas memandangi bola-bola yang berputar di atas boksnya dengan mengeluarkan bunyi-bunyian (musik) yang menarik.

Sekitar usia tiga bulan, kontrol otot mulai berfungsi dan si kecil sudah mulai bisa bermain. Mereka sudah bisa melempar mainan keluar dari boks dan mencium-cium jari kaki sendiri. Si kecil pun sudah mulai bisa merasakan manfaat dari bermain sehingga terkadang bisa mengalihkan perhatiannya dari perut kosong maupun popok basah. Permainan mulai mengajarkan hal baru berupa pengetahuan tentang diri mereka sendiri (merasakan jari kaki sendiri ketika dicium dan digigit), serta membuka pengalaman pancaindra secara lebih peka (bunyi musik yang terdengar menjadi semakin menarik; melihat ekspresi wajahnya sendiri di cermin yang dihadapkan di sepan wajahnya).

Pada usia 4 – 6 bulan, si kecil sudah mulai bisa melibatkan orang lain dalam permainannya: Anda, atau pun saudaranya. Sekarang ia tahu bahwa aksinya akan menghasilkan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Interaksi dengan orang di sekeliling ini akan dapat membantu si kecil mengurangi kekhawatirannya terpisah dari komunitasnya: Anda, atau pun saudaranya, dan ditinggal bermain sendiri.

Pada usia 6 – 18 bulan, kemampuan bermain si kecil akan lebih bervariasi lagi karena fungsi otaknya sudah lebih kompleks dari sebelumnya. Daftar lagu-lagu yang bisa Anda nyanyikan bersamanya sudah boleh ditambahbeberapa lagi. Hampir semua interaksi Anda bersamanya bisa menjadi permainan. Mulai dari menggelindingkan bola, meniru suara-suara binatang, menyanyi, berbicara dengan bonekanya, dan sebagainya.

18 bulan – 3 tahun

Pada usia ini si kecil sudah mulai belajar berjalan. Pikiran dan perasaannya pun mulai berkembang. Namun demikian beberapa perasaan seperti marah, kesal, senang, dan lainnya masih sulit untuk dinyatakan dan diungkapkan dengan benar sesuai dengan keinginannya. Lakukanlah permainan “peran” dengan menciptakan karakter sebagai tokoh baik atupun jahat sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan si kecil.

“Aum! Aku adalah si belang. Aku akan menggigit mama karena mama nakal.” Si kecil mencoba menunjukkan perasaan marahnya kepada mamanya yang baru saja melarang dirinya makan permen.“Kenapa dedek mau gigit mama?” Anda sudah bisa menimpali dengan pertanyaan supaya si kecil dapat mengungkapkan alasannya: “Karena dedek ngga boleh makan permen.”

Dengan berperan sebagai macan, si kecil bisa menunjukkan emosinya yang marah tanpa ada akibat yang bisa terjadi kalau dilakukan dalam keadaan sesungguhnya. Anak Anda dapat melepaskan perasaan yang ingin diungkapkan tanpa ada resiko apa pun. Kalau saja ia benar-benar marah kepada orang lain, mungkin ia akan mendapatkan balasan.

Permainan ini juga akan memberi anak perasaan sensasi hebat karena ia dapat mengontrol dan mendapatkan apa yang diharapkannya dengan jalan memainkan daya imaginasinya. Dengan berpartisipasi dan menjadi bagian dari permainan “peran” ini Anda pun bisa membuka jalur komunikasi dua arah dengan si kecil.

Anda juga bisa menggunakan mainan sebagai alat untuk mengatasi si kecil yang sulit. Misalnya, apabila anak Anda susah dimandikan, Anda dapat menggunakan bebek-bebekan untuk membujuknya mandi. “Nah, sekarang si Kwek-kwek mau mandi dulu supaya bulunya bersih. Tapi si Kwek-kwek maunya mandi sama dedek. Yuk, kita mandi sama-sama…”

Mainan beroda (mobil-mobilan) atau pun tunggangan (kuda-kudaan) akan menjadi mainan favorit yang akan disukai anak yang baru belajar berjalan. Kemampuan menggerakkan sesuatu muncul pada usia ini, hingga beberapa permainan yang melibatkan gerakan bisa menjadi sensasi bagi si kecil.

Ada satu macam permainan lagi yang bisa merangsang pertumbuhan otak si kecil. Anak usia tiga tahun akan bisa mengasah kemampuan melalui permainan puzzle (menyatukan kembali potongan-potongan gambar) atau pun permainan menyusun balok hingga menjadi istana satu dimensi. Mereka akan merasakan satu sensasi kepuasan tersendiri ketika melihat potongan-potongan puzzle mulai terlihat sebagai satuan gambar. Anda bisa melibatkan diri dengan cara ikut mencarikan keping demi keping yang sekiranya menyulitkan si kecil. Tugas Anda hanya sampai dengan menemukan potongan, sementara biarkan mereka sendiri yang menyusun ke posisinya di dalam wadah. Pancing imaginasinya, misalnya dengan mengatakan: “Potongan ini tempatnya di bawah mata si bebek. Coba cari dulu matanya sudah ada di situ (wadah puzzle) atau belum?” Permainan ini juga membangun kemampuan visual, motorik, konsentrasi, ketekunan, dan kesabaran yang kesemuanya penting untuk menghadapi masa sekolah kelak.

Usia 3 – 6 tahun

Pada tahap usia 3 – 6 tahun, si kecil membutuhkan penyegaran dalam skala area bermainnya. Mereka sudah mulai memerlukan interaksi dengan teman-teman sebayanya. Semakin sering si kecil bermain di dunia luar, kesempatannya untuk berinteraksi sosial pun meningkat. Si kecil akan mulai merasakan betapa menyenangkannya bermain di dalam kelompok. Mereka akan merasa senang mempunyai teman,senang menjadi teman, serta senang berbagi peran dengan teman.

Permainan petak umpet dan sepak bola, misalnya, bukan hanya memberi kesenangan, tapi juga mengajarkan bagaimana menjadi bagian dari sebuah kelompok. Permainan macam ini dapat mengajarkan si kecil akan pentingnya saling menghargai kepada teman. Bagaimana menyeimbangkan antara keinginan pribadinya dengan keinginan orang lain. Bagaimana cara bekerja sama dan menggabungkan kekuatan untuk mencapai tujuan bersama. Bagaimana cara menghargai teman, berbagi peran dan menghormati peran teman.

Permainan fantasi sangat dianjurkan pada tahap usia ini karena dapat membantu anak untuk mengerti dan merasakan potensi kekuatannya sendiri. Ketika masih bayi, si kecil dijaga di dalam lingkungan keluarga. Beberapa tahun kemudian si kecil tumbuh dan besar di lingkungan yang penuh persaingan dan hidup berkelompok dengan teman sebayanya. Hal ini tentu sangat bisa mengganggu stabilitas dan ketenangan di dalam diri si kecil. Permainan fantasi akan menimbulkan impian akan sebuah karakter yang disukainya yang dapat memberinya kekuatan atau rasa aman. “Dedek kanSuperman, jadi nggak boleh nangis kalau diledekin teman, ya.”

Si kecil pun mulai mengerti arti sesungguhnya dari diri sendiri. Mereka akan bermain “peran” untuk mencoba pengalaman baru sekaligus mencocokkan peran dengan harapan sosial yang berlaku. “Awas, polisi datang. Kamu (temannya) aku tangkap karena bolos sekolah… Makanya, kamu jangan bolos lagi.”

Bermain gelembung terbang menjadi contoh permainan individu yang mereka sukai karena bisa meciptakan imajinasi. Si kecil akan senang melihat kilauan gelembung sabun yang melayang di udara, lalu pecah secara tiba-tiba. Ada sensasi kepuasan tersendiri yang timbul apabila gelembung yang ditiupnya bisa bertahan lama di udara dan tidak pecah-pecah.

Usia 6 – 9 tahun

Ini adalah fase usia sekolah. Begitu anak mulai bersekolah, terdapat dua kebutuhan utama yang harus dipenuhi, yakni bermain dan belajar. Si kecil harus sudah mulai dibiasakan untuk membagi waktu, kapan waktunya belajar dan kapan boleh bermain. Yang harus diperhatikan oleh Anda, pastikan bahwa si kecil tetap memiliki waktu ‘luang’ untuk memenuhi kesenangannya bermain di samping kewajibannya mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal ini penting agar keseimbangan kesegaran antara pikiran dan tubuh si kecil tetap terjaga.

Permainan kelompok empat orang yang menggunakan biji dan dadu, seperti: ular tangga, halma, ludo ataupun monopoli; serta permainan kelompok dua orang, seperti catur dan othelo sangat disukai oleh anak-anak pada fase usia ini. Mereka akan mulai merasakan serunya berkompetisi dengan teman-temannya hingga kemudian meraih kemenangan. Mereka akan mendapatkan sensasi berupa kepuasan tersendiri ketika berhasil unggul dari teman-teman di dalam kelompoknya. Contoh permainan lainnya yang mengandung unsur kompetisi antara lain adalah: congklak, bola bekel, karambol ataupun kartu kwartet

Sosialisasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh Anda. Di usia sekolah, si kecil akan lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya dalam bermain. Mereka mendapat kegembiraan bermain bersama teman-temannya. Olahraga di halaman yang membutuhkan minimal dua orang pemain, seperti: sepakbola, kasti, dan lain-lain, sangat digemari si kecil usia sekolah. Koordinasi motorik dan kemampuan intelektualnya akan terus meningkat tajam hingga membuatnya bisa mengerti aturan-aturan yang rumit dalam permainan yang dilakukannya.

Tugas berat yang akan Anda hadapi selaku orang tua adalah menghadapi derasnya pertanyaan-pertanyaan si kecil seputar permainan yang dilakukannya. “Pa, offside itu apa?” “Kenapa kuda (catur) nggak boleh jalan lurus?” “Pemain ‘disuap’ itu apa, sih? Memang nggak bisa makan sendiri.” Dan Anda harus mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan mereka dengan bijak dan bersahabat. Jangan sekali-kali Anda asal menjawab. Akibatnya akan sangat fatal, karena jawaban Anda akan langsung disimpan di dalam memori otaknya sebagai informasi.Mereka akan menggunakan jawaban Anda sebagai referensi untuk di-share kepada teman-teman di dalam kelompok bermainnya. Bisa dibayangkan jika ternyata temannya itu mempunyai jawaban yang lebih benar, sementara si kecil Anda sudah terlanjur mempertahankan pendapatnya yang salah yang diperolehnya dari Anda. Apabila Anda tidak/belum tahu jawabannya, lebih baik menunda secara bijak: “Papa nggaktau, sayang, besok kita tanya sama Om, ya…”

Disamping bemain, si kecil pada fase usia ini biasanya mempunyai minat khusus pada suatu bidang tertentu, seperti: ketrampilan sulap, membaca komik, mengkoleksi kartu bergambar pemain sepakbola, dan lain-lain. Anda pun tidak boleh mengabaikan minat ataupun hobby baru si kecil tersebut.

Usia 9 – 12 tahun

Si kecil sekarang sudah besar. Pikirannya sudah mulai dipenuhi hal-hal abstrak serta hubungan sebab akibat yang memungkinkannya untuk menikmati beberapa bentuk permainan baru yang lebih kreatif. Membuat puisi, percobaan ilmiah, softwarekomputer, merupakan beberapa contoh bentuk permainan yang akan diminatinya di fase usia ini. Permainan mengisi TTS juga disenangi anak usia pra-remaja karena memerlukan kemampuan berfikir yang cukup rumit.

Anak pada usia ini juga lebih humoris, senang menggoda, serta sudah mulai mencoba menarik perhatian teman lawan jenisnya. Dibanding bermain ”peran” menjadi Superman, mereka lebih suka bergayutan pada pintu bis atau angkot. Dibanding bermain boneka Barbie, mereka lebih suka mematut-matut dirinya sendiri di depan cermin.

Karena saat ini merupakan fase pertumbuhan, jangan sekali-kali Anda mencegah dan melarangnya bermain bersama teman-teman sebayanya. Anda hanya perlu menempelnya lebih ketat dan menjadi “teman” berbagi cerita dan pengalaman. Kenali semua teman-temannya, cari tahu alamat dan nomor teleponnya, serta lakukan pendekatan khusus dengan orang tua dari teman-teman mereka. Atau, agar lebih aman dan mempermudah pengawasan, buatlah rumah Anda menjadi persinggahan atau base camp favorit setelah anak Anda bersama teman-temannya pulang dari sekolah.

Bermain, apa pun bentuk dan jenisnya, merupakan bagian vital dari pertumbuhan fisik dan mental si kecil. Bermain akan membuat mereka merasakan kegembiraan hidup dan menjaga kesejahteraan jiwanya. Dengan melibatkan diri Anda di dalam permainan bersama si kecil, anda pun bisa mendapatkan banyak keuntungan lain di samping kegembiraan. Yang perlu Anda ingat, tidak pernah ada batasan usia bagi seseorang untuk bermain.

Jadi, selamat bermain! Jangan Lupa, nantikan bagian keduanya minggu depan yaaa…..

Karateristik Perkembangan Anak Usia TK

Hakikat Perkembangan
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan satu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh seorang individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik itu menyangkut aspek fisik maupun psikis. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara bertahap dan berurutan.
Perkembangan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi.
3) Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
4) Perkembangan terjadi pada tempat yang berlainan.
5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini. Pendapat-pendapat tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.
Karakteristik Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak
Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa.
Ketika anak mencapai tahapan usia TK (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, serta keterampilan yang mereka miliki.
Dilihat dari tahapan menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi, anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut perhatian guru.
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang.
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah perbendaharaan kata.